SINOPSIS MOHABBATEIN episode 316 “RAMAN MENGUGAT CERAI” Di rumah keluarga Bhalla, Raman berpamitan pada seluruh keluarganya, seluruh keluarga Bhalla merasa sedih dengan kepergian Raman “Aku harus pergi sekarang karena jalanan pasti macet” ujar Raman, seluruh keluarga Bhalla meminta ikut menemani Raman ke bandara “Kamu juga seharusnya bertemu dengan Ishita dan Ruhi dulu, Raman” Raman langsung menyela “Aku akan pergi sendirian dan aku tidak akan bisa pergi kalau aku melihat Ruhi” ujar Raman
sambil hendak bergegas keluar rumah “Ibu, ibu harus menghentikan kak Raman kalau tidak nanti Ishita akan bertengkar dengannya”, “Pergilah, Raman ,,, jaga dirimu baik baik” Raman mengangguk mengiyakan ucapan ibunya “Romi, tolong jaga semuanya ya dan jangan sakiti siapapun ! Jadilah anak yang baik” Romi mengangguk dan menimpali ucapan Raman
“Aku akan menjadi anak yang baik, kak ,,, dan kakak bisa memarahi aku via email, aku pasti akan merindukanmu, kak” Raman langsung memeluk Romi dan meminta ke Mihir untuk mengurusi kantor “Tapi Raman, kamu akan pulang dalam beberapa hari ke depan kan ?” tanya Bala cemas “Bala, kamu ini orang yang sempurna, aku tidak bisa mengatakan apa apa padamu” Raman kemudian berpamitan pada semua orang, Simmi langsung menyela “Kakak, ini salah ! Kakak mengucapkan selamat tinggal pada semua orang tapi bagaimana dengan Ishita ?”,“Aku akan bicara dengannya lewat telfon” kemudian Raman bergegas pergi dari sana, nyonya Bhalla hanya bisa menangis melihat kepergian Raman dan berdoa untuk kebaikan Raman
Raman sedang dalam perjalanan sambil memikirkan Ishita, sementara itu Ishita dan Ruhi baru saja sampai dirumah dan langsung menangis sedih ketika mengetahui kalau Raman telah pergi meninggalkan mereka “Bagaimana bisa dia pergi begitu cepat ?” tanya Ishita heran, saat itu Mani datang kesana dan bertanya tentang Raman “Apakah kamu tidak pergi ?”, “Raman bahkan tidak mau menemui aku, Mani” ujar Ishita heran “Ada masalah apa dengannya, Ishu ?”, “Aku tidak tahu, Mani ,,, dia bahkan tidak ingin melihat wajah Ruhi yang sedang menangis” ujar Ishita sedih “Omong kosong apa ini ? Dia itu berbohong, Ishu !” Ishita kaget “Apa ?”, “Dia itu meminta dipindahkan ke Singapura dan tinggal disana, Raman bahkan mengatakan pada MDnya kalau dia tidak ingin keluarganya berada disana dan mengambil apartemen yang kecil disana, dia itu berbohong sama kamu, Ishu ,,, aku baru saja bertemu dengan MDnya tadi, aku juga kaget ketika mengetahui tentang hal ini, aku tidak tahu kalau dia akan pergi selama lamanya, kemarin malam ketika aku bertemu dengan dirinya, dia itu bicaranya sangat aneh sekali dan sekarang aku mengerti semuanya” Ishita tertegun
“Apakah dia mengatakan semua ini sama kamu ?” tanya Ishita “Jadi itulah sebabnya dia menangis semalam” sela nyonya Bhalla “Aku akan bicara dengannya” timpal tuan Bhalla, tepat pada saat itu Pathak datang kesana “Pathak, ada apa ?” tanya Mihir heran “Tuan Abhi benar, tuan Raman ingin pergi jauh dari nyonya Ishita, dia mengatakan padaku untuk memberikan file ini pada anda, nyonya ,,, dan anda bebas sekarang” Ishita terkejut begitu melihat surat cerai yang diberikan oleh Pathak, pengacara Raman, Ishita menangis memikirkan kata kata perpisahan Raman kemarin “Tuan Raman mencegah aku agar jangan mengatakannya pada anda, nyonya ,,, dan meminta aku untuk memberikan file ini ke anda begitu dia sudah pergi tapi aku tidak bisa menunggu, untuk itulah aku datang kesini” semua orang merasa heran dengan apa yang diperbuat oleh Raman
“Kenapa dia melakukan ini semua ?” Mani menimpali ucapan nyonya Bhalla
“Raman merasa kalau dirinya tidak pantas untuk Ishita, untuk itulah dia
pergi meninggalkan Ishita dan memberikannya kebebasan”, “Kita harus
bicara dengan Raman !” Ishita langsung menyela “Jangan ! Biar aku saja
yang akan bicara dengannya, beraninya dia menceraikan aku !” ujar Ishita
kesal Ishita kemudian mengambil surat cerai tersebut “Raman itu sudah
gila ! aku akan memukulnya nanti” Romi menimpali ucapan nyonya Bhalla
“Iyaaa, kakak ipar, pergilah sana dan berikan kakakku itu pelajaran”,
“Kami akan menyusul nanti” ujar Mani “Tidak ada seorangpun yang akan
menyusul kesana, hanya ibu saja yang akan ikut, dia telah meninggalkan
orang yang telah melahirkannya dan menceraikan aku, dia tidak tahu siapa
itu Ishita Bhalla” ujar Ishita geram, mereka kemudian pergi menuju ke
bandara Indira Gandhi
Raman sudah berada di bandara Indira Gandhi,
disana dia melihat seorang gadis kecil yang memanggil ayahnya “Ayaaaah
!” Raman merasa sedih dan teringat pada Ruhi, sementara itu Ishita
sedang mengendarai mobilnya menuju ke bandara “Raman itu benar benar
tidak bisa dipercaya”, “Ishita, dia itu masih sama saja seperti waktu
kecil dulu dan aku akan menampar pipinya nanti” ujar nyonya Bhalla yang
menemaninya ke bandara, tanpa sadar ternyata Ishita melanggar lampu
merah, polisi segera menyuruhnya berhenti namun mobil Ishita terus
melaju “Aku tidak akan menghentikan mobilku, aku akan memacunya lebih
cepat lagi, dia sedang mengejar kita, ibu” ujar Ishita geram, akhirnya
polisi lalu lintas menghadangnya tepat didepan mobil Ishita, kemudian
polisi itu meminta SIM Ishita “Tolong, pak polisi ,,, biarkan kami
pergi, kami ini sedang terburu buru”, “Tunjukkan semua surat suratmu
atau anda akan kami bawa ke kantor polisi” Ishita semakin gelisah dan
berusaha menjelaskan pada polisi tersebut, ketika Ishita selesai
bercerita, polisi itu malah tertawa terbahak bahak dan berkata “Aku
sudah mendengar banyak sekali alasan sepanjang hari ini” ujar polisi
tersebut
Sementara itu di bandara, Raman mendengar seorang laki
laki berkata tentang istrinya yang dokter gigi “Istriku itu seorang
dokter gigi dan dia telah mengurus semuanya dengan baik, dia itu serba
ada, mencintai aku, tapi ketika kami bertengkar ,,,” Raman langsung
tertawa mendengar ucapan orang tersebut, sedangkan Ishita malah memarahi
polisi lalu lintas itu dan memberikannya ceramah “Hidupku ini sudah
hancur, coba pikirkan jika hidup adik perempuanmu dan ibumu mulai
hancur, apakah kamu akan berhenti ? Laki laki memang bodoh, perbuatannya
menyakitkan, mereka itu tidak punya perasaan, suamiku meninggalkan kami
dan meninggalkan negara ini karena dia merasa dia bisa membuat hidup
kami menjadi lebih baik” Ishita masih terus ngoceh di depan polisi lalu
lintas
”Dia tidak tahu kalau dia telah menghancurkan hidup kami,
aku tidak tahu apakah suamiku mencintai aku atau tidak ?” polisi itu
lalu menyela ucapan Ishita “Dengarkan aku, nyonya ,,, anda telah
melakukan kesalahan dan berkata kalau kami tidak khawatir ? Polisi Delhi
bersama dengan anda” Ishita merasa senang “Jam berapa keberangkatannya
?” Ishita kemudian menyebutkan jam keberangkatan pesawat yang akan
ditumpangi Raman “Sayang sekali, kami tidak bisa mencapai kesana” Ishita
mulai cemas begitu mendengar ucapan polisi tersebut “Aku akan menelfon
Raman, mungkin dia mau berhenti” Ishita bergegas menelfon Raman namun
Raman tidak mengangkat telfon Ishita, mereka semakin khawatir, Ishita
kembali menggerutu “Laki laki memang tidak peduli pada siapapun”,
“Nyonya, aku punya sebuah ide untuk membuat anda bisa sampai di bandara
tepat waktu” ujar polisi itu
Di bandara Indira Gandhi, Raman
mendengar seorang pria berkata tentang ayahnya kalau penerbangannya ada
di ,,, belum juga selesai, Raman langsung menyela “Memangnya ada masalah
apa ?”, “Jangan pernah menyayanginya, tuan ,,, ayah mertuaku orang
Tamil dan aku ini Punjabi, aku tidak bisa berkomunikasi dengannya” Raman
lalu ngobrol dengan pria ini yang memiliki persamaan yang sama,
kemudian Raman memberikan beberapa saran pada orang itu “Bagaimana kamu
bisa tahu tentang kebiasaan orang Tamil, kamu sepertinya orang Punjabi
?” Raman tersenyum lalu berkata “Istriku, bukan maksudku mantan istriku
adalah orang Tamil, jadi aku belajar dari mereka”, “Kenapa mantan istri ?
Kenapa kamu meninggalkan dirinya, dimana kamu belajar bahasa yang
sangat sulit seperti ini darinya, wajahmu menunjukkan kalau kamu sangat
mencintainya, cinta tidak mempunyai batasan waktu, pulanglah padanya”
saran orang tersebut, Raman hanya terdiam dan kembali ke tempat duduknya
tadi
Nyonya Bhalla dan Ishita sedang dalam perjalanan menuju ke
bandara, mereka berdua sangat berterima kasih pada polisi lalu lintas
karena telah membantu mereka dengan membawa mereka menggunakan ambulans,
saat itu Raman sedang diminta untuk melakukan pengecekkan, Raman
berfikir dalam hati “Aku harus pergi, maafkan aku, Ishita” bathin Raman,
sementara Ishita berkata dengan perasaan kesal “Aku tidak akan
memaafkan kamu, Raman !” akhirnya Ishita dan nyonya Bhalla sampai juga
di bandara Indira Gandhi, mereka berdua berterima kasih pada polisi lalu
lintas itu, ketika hendak memasuki bandara, petugas bandara mencegat
mereka
“Pak, aku mohon, suamiku ada di dalam sana, aku harus bicara
dengannya” petugas itu menyela ucapan Ishita “Semua orang mempunyai
ponsel, bicaralah dengannya dengan ponsel anda, nyonya” nyonya Bhalla
langsung memarahi petugas itu dan berteriak memanggil Raman, saat itu
nyonya Verma, salah satu pegawai bandara melintas disana dan mengenali
Ishita “Dokter Ishita, aku sangat berterima kasih padamu karena kamu
telah mengobati gigi anakku waktu itu pada malam hari” ujar nyonya Verma
“Nyonya, anakku akan pergi, ijinkan kami masuk” pinta nyonya Bhalla
dengan wajah memelas, saat itu mereka mendengar tentang persawat yang
akan berangkat ke Singapura “Nyonya Verma, suamiku akan pergi ke
Singapura dan kami harus bertemu dengannya”, “Baiklah, aku bisa
membawamu ke dalam, dokter Ishita” Ishita dan nyonya Bhalla merasa lega
“Ishita, pergilah sana dan bawa Raman kesini, nanti ibu akan memukulnya
dan mengajaknya pulang ke rumah” ujar nyonya Bhalla lega
BACA JUGA SELANJUTNYA
BANTU LIKE FANS PAGE INI YA